Bandara Internasional, Apa Bedanya?
Ada yang bilang, “Yaelah, bandara naik level jadi internasional doang, emang ngaruh apa ke hidup kita?”
Nah, kalau lo sering lihat berita bandara, upgrade status internasional itu bukan cuma soal papan nama atau logo. Ini artinya bandara sudah memenuhi standar global, bisa layani penerbangan langsung ke luar negeri, dan yang nggak kalah penting bisa jadi pintu masuk investasi, wisatawan, hingga peluang ekonomi baru.
Bandara Syamsudin Noor, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akhirnya resmi menyandang kembali status internasional. Setelah sempat “turun level” selama masa pandemi, bandara ini akhirnya memenuhi lagi semua syarat operasional penerbangan internasional. Mulai dari fasilitas, sistem keamanan, pelayanan, hingga kerja sama dengan maskapai internasional semua dicek, dan lolos.
Kenapa Ini Penting untuk Warga Kalimantan?
Dampaknya besar, bos!
Pertama, sekarang akses langsung dari dan ke luar negeri jadi lebih mudah nggak perlu transit ke Jakarta, Surabaya, atau Bali dulu. Lo bisa bayangin, berapa banyak pelajar, pekerja migran, pebisnis, atau bahkan wisatawan dari/ke Kalsel yang selama ini repot harus muter-muter dulu?
Bandara internasional juga bikin Kalsel makin terbuka ke dunia luar. Investor asing yang mau survey lokasi, turis mancanegara yang penasaran sama budaya Banjar atau wisata alam Kalimantan, sampai ekspor produk lokal (kayak hasil bumi, ikan, kerajinan tangan) semuanya bisa lebih gampang.
Buat pebisnis lokal, ini kesempatan emas. Misal, travel agent bisa jual paket wisata langsung ke luar negeri, UMKM bisa naikin level packaging biar lolos ekspor, hingga hotel dan kuliner lokal bisa siapin standar baru biar nggak kalah saing.
Perubahan Nyata di Bandara
Setelah status internasional dikembalikan, Bandara Syamsudin Noor berbenah habis-habisan:
- Area terminal internasional makin modern, ruang tunggu lebih nyaman.
- Layanan imigrasi dan bea cukai ditambah personel dan teknologinya.
- Sistem keamanan disesuaikan standar global, lengkap dengan alat screening terbaru.
- Akses transportasi dari/ke bandara juga makin diperbaiki kerja sama dengan shuttle, taksi, dan bahkan aplikasi ride-hailing.
Ada juga kerja sama baru dengan beberapa maskapai terutama rute ke Malaysia, Singapura, dan rencana jangka menengah ke Timur Tengah. Ini bikin peluang ibadah haji & umroh lebih mudah diakses langsung dari Banjarmasin, nggak perlu nunggu kloter dari kota besar lain.
Tantangan dan PR Besar Setelah Status Internasional
Walaupun status sudah resmi, bukan berarti semua jadi mulus tanpa masalah. Ada beberapa tantangan:
- Frekuensi penerbangan internasional harus konsisten kalau demand turun, maskapai bisa cabut lagi.
- Fasilitas bandara harus terus dirawat dan ditingkatkan, bukan cuma di awal doang.
- Sumber daya manusia (SDM) mulai dari petugas bandara, imigrasi, sampai cleaning service—perlu dilatih dengan standar internasional.
- Promosi destinasi juga wajib digencarkan, jangan sampai bandara keren tapi kota sekitarnya nggak siap sambut wisatawan asing.
Di sisi lain, perlu kerja sama dari semua pihak: pemerintah daerah, pengusaha, komunitas, dan masyarakat. Kadang yang bikin wisatawan kapok itu justru hal-hal sepele, kayak sopir taksi nembak harga, fasilitas umum kotor, atau informasi wisata yang minim.
Peluang Besar buat Bisnis & Ekonomi Lokal
Ngomongin peluang, status bandara internasional ini ibarat “karpet merah” buat para pelaku usaha:
- Pariwisata: Wisata alam Kalimantan, dari sungai Barito, pasar terapung, sampai ekowisata dan budaya Banjar bisa lebih mudah dipromosikan ke pasar global.
- Event & MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition): Kota bisa jadi tuan rumah seminar atau pameran tingkat internasional, karena akses bandara sudah memenuhi syarat.
- Logistik & ekspor: Komoditas Kalsel seperti hasil tambang, hasil bumi, ikan, dan produk kerajinan lebih gampang dikirim ke luar negeri via udara.
- Startup & digital: Industri digital, e-commerce, dan travel tech punya alasan baru untuk ekspansi ke Kalimantan, karena pasarnya terbuka lebar.
Kalau pebisnis, UMKM, dan pemerintah bisa kolaborasi, status bandara internasional ini bakal jadi multiplier effect buat ekonomi Kalimantan.
Ngobrol di Kantor Antara Bangga dan Skeptis
Di kantor, obrolan kayak gini sering jadi dua kubu:
- Ada yang super optimis: “Akhirnya Kalsel nggak ketinggalan! Sekarang wisatawan luar bisa langsung landing di sini.”
- Ada juga yang skeptis: “Cuma status doang, paling sebentar lagi turun lagi kayak kemarin.”
Tapi, apapun kubunya, status internasional ini tetap harus dimaksimalkan. Jangan cuma nunggu bola, tapi harus dijemput: promosi aktif, layanan makin baik, inovasi pariwisata makin kreatif. Biar tamu yang datang beneran dapat pengalaman kelas dunia, bukan sekadar transit.
Penutup – Momen Kebangkitan Kalimantan Selatan
Bandara Syamsudin Noor yang resmi jadi bandara internasional lagi, itu bukan cuma prestasi satu instansi. Ini sinyal kalau Kalimantan Selatan (dan Pulau Kalimantan pada umumnya) mulai dilirik dunia internasional.
Jadi, ini saatnya semua pihak gerak bareng: pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan generasi muda. Biar bandara internasional nggak cuma jadi papan nama, tapi benar-benar jadi “pintu gerbang masa depan” untuk ekonomi, pariwisata, dan branding daerah.
Baca berita lainnya di tamcia
Leave a Reply